Skip to main content

Hello Wageningen # Ujung Mozaik # Pulang

Saat menulis tulisan ini saya telah berada di tempat yang berjarak ribuan kilo dari Wageningen, dan kembali dilenakan oleh hiruk pikuknya megapolutan Jakarta. Saya sebenarnya telah lama berencana untuk menutup episode "Wageningen" yang sempat saya tulis, terlebih ada beberapa email yang menanyakan saya ini masih di Wageningen apa nggk. Dan akhirnya baru 8 bulan kemudian terlaksana.
Thanks by the way yang sudah mampir ke blog saya dan sempet berkorespondensi tentang pengalaman saya saat berkuliah di sana, semoga saya tidak memberi petunjuk yang menyesatkan. Saatnya saya mengucapkan perpisahan pada epic Wageningen tercinta dengan uraian air mata 😭😭😭 #halah

Sebaiknya saya nulis apa yah #LoL# Mmmm.... saya akan sedikit mengulas tentang study saya, terutama thesis saya, dan juga tempat tinggal saya aja yah secara ringkas. Saya bagi per chapter aja kali ya #macam thesis aja ;p

Chapter 1: Kuliah Saya
Geo-information Science adalah pilihan saya saat mendaftar ke Universitas ini. Kalo disuruh ngejelasin Geoinformasi itu apa, saya sebenernya agak bingung juga #gimana siy# Yah... pada dasarnya yang saya pelajari adalah bagaimana menggunakan informasi yang ada di permukaan bumi ini untuk berbagai kepentingan. Sebenarnya teman2 selama ini juga telah sering menggunakan contoh Geoinformasi ini, contoh kecilnya saat teman2 nyari alamat lewat google map. Overall saya suka metode belajar di jurusan saya dan merasa benar-benar memperoleh banyak ilmu. Di Universitas ini (berlaku di semua jurusan), selain kompetensi individual yang dinilai, groupwork juga memiliki peran yang sama penting. Bekerja berkelompok dengan anggota kelompok yang berasal dari berbagai negara tentunya adalah sebuah tantangan sekaligus kesempatan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi kita.
Nah, pas ngerjain thesis, saya berkesempatan untuk bekerjasama dan dibantu dengan para peneliti dari negara-negara lain sehingga saya dapat menyelesaikan tesis saya.  Study site thesis saya ada di Amazon, karena saya bekerjasama salah satunya dengan peneliti dari sana. Thesis saya ini menceritakan tentang fenomena "slash and burn agriculture = pertanian ladang berpindah" di hutan tropis, bagaimana dinamika nya dari sisi perubahan perilaku perubahan tanahnya dilihat dari citra satellite. Alhamdulillah berkat bapak ibu pembimbing yang baik hati, pinter dan sabar saya berhasil menyelesaikan thesis saya tepat pada waktunya. Sebagai bonus, saya berkesempatan menjadi co-author dalam penulisan journal yang di tulis oleh pembimbing saya. Yang berminat dengan penelitian dengan tema tersebut bisa dilihat abstract nya di link:  http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0303243415300647

Chapter 2: Tempat tinggal saya
Selama belajar disana saya tinggal di sebuah kontainer #hapah? kontainer?# bener sodara2. Tapi tunggu dulu, meskipun kontainer tapi tempatnya nyaman dan memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan untuk menghidupi seorang manusia, seperti kamar mandi, kulkas, penghangat ruangan, tempat tidur, dapur. Luasnya 20m2 macam apartemen studio mini gitu lah. Di dalamnya kita bisa bersih2, nyapu2, ngepel2, cuci piring, nyetrika, masak dll #ni orang mbabu apa yak

Penutup:
Karena nggak ada chapter maksud dan tujuan, jadi penutupnya ngasal aja yak.
Berkat teman2 yang selalu siap mengingatkan, untungnya saya telah berhasil melakukan hal-hal sebagai berikut sebelum pulang: (hal-hal berikut ini sangat penting!!! dilakukan saat kita harus pergi dari muka bumi Belanda. Nggak boleh diremehin lho ya, karena sudah banyak kejadian yang masih mendapat tagihan ini itu dari pemerintah Belanda walaupun kita telah kembali ke Tanah Air tercintah.)
Penting! Deregister semua akun kita sebelum pulang:
- deregister Ov-chipkaart karena saya berlangganan tarif discount yang bayar tahunan. Cukup dengan menelpon CS nya 1 bulan sebelum saya pulang, trus pergi ke mesin OV terdekat buat pick up order. -done-
- deregister tempat tinggal. Saya juga meng-email pihak pengelola 1 bulan sebelum saya pulang
- deregister subsidi. Kebetulan karena tempat tinggal saya memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, saya mendapat subsidi yang biasa di transferkan ke rekening saya. Nha, karena saya sudah deregister tempat tinggal saya, saya juga harus deregister subsidi saya
- deregister Bank account. Di Indonesia mungkin kita terbiasa membiarkan akun kita tidak aktif begitu saja, terutama yang udah nggak ada isinya. Di Belanda sebaiknya kita deregister aja, karena bisa jadi account akan tetap aktif dan akan dianggap berhutang biaya administrasi perbulannya. Oya, jangan lupa sebelumnya print rekening koran kita untuk transaksi2 penting yang pernah kita lakukan yang mungkin suatu saat kita butuhkan.
- deregister ke kependudukan/ stadhuis/ gementee. Idealnya setelah tiket fix di issued kita bisa segera melapor ke gementee. Gementee akan mencatat kepulangan kita. Jika kita membutuhkan surat keterangan deregister ini (biasanya suka berguna untuk ngurus tax free di bandara) anda bisa meminta dengan membayar sejumlah uang. Kemaren siy pas jaman saya biayanya 11 euro.
- Terakhir, sebagai warga negara yang baik, jangan lupa juga untuk lapor ke kedutaan besar RI tentang kepulangan anda ke Tanah Air.

Hmm...tibalah fase-fase paling bontot dari student life saya, pas saya sadar bahwa waktu saya sudah nggak lama lagi #waktu kuliah maksudnya ya# saya panik. Tetiba saya merasa sangat berat hati meninggalkan semuanya, mulai dari kontainer saya beserta segala isinya. Gombal-gombal (baju2 diskon itu loh) yang telah saya timbun dan setia menemani saya selama 2 tahun ini, sepeda butut saya, serta sapi2 yang suka nongki2 syantiek di kebun sebelah (lihat gambar :D).


Bye Wageningen, See you Home....

Jakarta, 3 June 2016

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Story of My Grandpa

Ode to my Grandpa Malam sebelum Hari Raya Idul Adha 1442 H / atau tepatnya tanggal 19 Juli 2021 sekitar jam 19:00 WIB mbah Kakung tersayang (dari pihak ibu) atau orang biasa memanggil mbas Bas, pergi menghadap Allah SWT di usia 93 tahun di kediamannya di Blitar.  He is the only grandpa that I know of, karena kakek dari pihak Ayah sudah meninggal sebelum saya lahir. Saat kecil, saya termasuk sangat dekat dengan mbah kung karena memang kebetulan rumah orang tua saya berdekatan dengan rumah mbah dan saya adalah cucu perempuan pertama. In my childhood, saya bahkan menghabiskan waktu saya lebih banyak di rumah mbah dibanding di rumah sendiri. Saat balita, mbah kung lah yang kadang mengantar saya ke tukang urut anak, beliau akan menggendong saya dengan gendongan kain sambil mengayuh sepeda perangnya. Saya juga sering ikut kesawah dengan naik gledekan made in mbah kung.   Mbah kung tipe orang yang sangat aktif (almost hyperactive) yang tidak tahan jika harus diam saja. Beliau sosok pekerja ke

Potongan harga untuk Kacamata oleh Askes

Baru baru ini saya punya teman baru bernama ‘Visi’ , kacamata minus yang saya beli dengan fasilitas potongan harga dari Askes.   Meskipun beberapa teman yang setelah mendapat informasi tentang rentetan tatacaranya banyak yang berpendapat bahwa proses nya terlalu rumit, tapi tak ada salahnya saya tetap berbagi bagaimana mendapatkan kacamata dengan potongan harga dari Askes dan berapakah besarnya. Pertama, bagi yang belum pernah sama sekali menggunakan kartu Askes anda, berikut adalah cara mengaktifkannya (khususnya buat yang bekerja di luar kota asal): Langkah pertama adalah melapor di Askes setempat. Bagi anda yang punya KTP dan domisili di tempat yang sama tentunya tidak akan jadi masalah, tapi buat yang harus berpindah ke daerah lain, pastikan anda melapor pada kantor ASKES yang berada diwilayah puskesmas tujuan anda (dengan membawa kartu askes yang sudah anda miliki tentunya); Anda akan mendapatkan surat dari ASKES yang ditujukan untuk Puskesmas tujuan anda; Langkah s

On my way to work # Mei 2019 #Demo Massa #pasca Pilpres

21 Mei 2019 Tidak ada yang spesial hari itu, rutinitas dimulai dengan berangkat ke tempat kerja. Suasana pagi hari di tempat kerja kurang lebih sama, tidak ada sesuatu luar biasa untuk dikenang. Tentang didirikannya posko polisi di sekitar Thamrin juga telah menjadi pemandangan biasa, karena kurang lebih 10 hari terakhir ini sudah beberapa kali ada demo di depan Bawaslu, sehingga memang perlu pengamanan lebih. Tapi hari ini akan menjadi spesial karena dini hari tadi menjelang waktu sahur, KPU telah mengumumkan pemenang Pemilu 2019, sedikit lebih maju dari jadwal semula... Menjelang siang, terlihat massa sudah mulai memenuhi perempatan Thamrin. Kebetulan tempat kerja saya sangat dekat dengan lokasi massa berada. Beberapa rekan yang rumahnya jauh memilih untuk pulang lebih cepat dari biasanya, karena akses di sekitar tempat kerja memang sudah mulai ditutup. Saat pulang kantor, massa sudah memenuhi perempatan Thamrin. Saya ingat waktu itu suasana termasuk kondusif. Saya bisa melewati